Sebesar Apapun Ombaknya, Tetaplah pada Kapalmu

"Sebesar apapun ombaknya, tetaplah pada kapalmu"

Terdengar klise dan tua sekali mungkin, namun demikian adanya; perihal yang ia pilih dan telah tetapkan dalam kurun waktu yang tidak sebentar.

Setelah menimang-nimang dan menimbang-nimbang tentang sebuah hal mungkin tidak akan pernah ada kejelasannya di akhir.

Begitulah hidup; tidak pernah ada yang pasti dan akan terus dinamis. Berubah, mengalir, hilang silih berganti.

Kalau ia memilih pergi, melepas semuanya, meluruhkan kecintaannya pada rasa humanisme, manusia, makhluk hidup maka sudah tentu ia putuskan dalam kurun waktu yang lalu untuk tidak memilih titik terberat dalam labirin yang ia tidak pernah tahu apa hasil di belakangnya.

Entah ia terlalu banyak membaca cerita historical dan kepahlawanan atau memang demikian sifat dan wataknya yang sebenarnya. Tidak pernah sudah dan tidak akan pernah menyerah. Demikianlah yang ia pahami dalam kurun waktu ini.

Ia mencintai manusia-manusia-manusianya; sebaik-baiknya dan setulus-tulusnya. Mungkin ini akan menjadi sebuah tulisan klise namun tak mengapa.

Kecintaannya pada manusia-manusianyalah yang membuatnya untuk terus menatap dalam pandangan optimistik.

Rasanya tidak adil kalau-kalau memandang bangsa ini dengan pandangan pesimistik dan menggerutu terus menerus karena ini dan itu. 

Ya meskipun faktanya dalam dekade belakangan ia selalu dikecewakan dengan begitu banyak narasi, berita, kebijakan yang terus saja membuat nyalinya untuk mencintai bangsa ini terus menerus surut.

Beberapa kali ia ingin hengkang (dan tentunya akan mudah kalau berusaha sedikit lagi) meninggalkan semuanya yang ada. Namun ketika semuanya sudah dalam persiapan yang sempurna.

Lagi-lagi rasa humanisme itu tumbuh dan sekali lagi mekar dalam waktu yang terus bergulir, tidak bisa dibunuh dan malah semakin besar.

Ia tidak bisa membohongi dirinya kalau-kalau ternyata panggilan untuk bersama dengan manusia-manusia itu lebih besar dari perihal yang pernah ia impikan (keluar dan pergi saja dari sini).

Tiap kali ia membaca sebuah berita yang rasanya membuat rasa pesimistik entah karena kasus yang berulang-ulang terus terjadi.

Ia selalu mengingat bahwa kecintaannya adalah ada pada manusia-manusianya; yang mungkin masih sama-sama terus melangkah dan berbuat sebisanya untuk menetap dan percaya bahwa kelak percaya itu akan membuahkan hasil.

Manusia-manusia baru yang lebih baik akan selalu tumbuh dan saling memberikan rasa percaya untuk terus berjalan meskipun pelan. Kalaupun kelak rasa pesimistik itu menyergap karena pilihannya untuk mencintai manusia-manusia ini.

Ia hanya berharap bahwa akan selalu ada manusia-manusia yang sama-sama dan saling menguatkan dan menetapkan satu sama lain untuk tetap dan tak lagi goyah. 

Sebesar apapun ombaknya, ia harap ia ataupun mereka yang memilih untuk tetap mencoba berproses dengan baik untuk mencintai bangsa ini semoga akan tetap dari kapal masing-masing. 

Sebegitu hebatnya memang, namun ia yakin bahwa riuh ombak itu akan reda pada waktunya dan perjalanan akan dapat dilanjutkan dengan sebaik-baiknya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Moving to Another Place

At Least They've Survived

She Didn't Know Anything