Kenapa Kita Harus Menjadi Terdidik, Sedangkan yang Lainnya Tidak?
Dalam perjalanan sebagai perempuan yang tentunya seluruh hidupnya tertepaki dengan berbagai pengalaman yang rasanya lebih banyak pahit dalam fakta-fakta yang kuketahui ketika ia mulai membuka matanya untuk berpikir lebih logis.
Perjalanan ini akan terus ada dan panjang sekali. Kerap kali; ia dan perempuan lainnya terlampau tunduk dan patuh dengan segala hal yang ada. Tidak berani menyuarakan apa yang mereka rasa dan diam dalam seribu bahasa bahwa ketidakadilan itu kerap kali merenggut berbagai hal yang seharusnya mereka miliki.
Karena memang demikian dunia mediktenya untuk menjadi manusia yang tidak boleh menggugat. Ia menyaksikan bagaimana perempuan-perempuan di sekitarnya kerap kali diambil haknya, tidak diperlakukan dengan baik, tidak diberi kesempatan dan dijudge sebegitu kerasnya oleh masyarakat yang ada.
Mereka selalu menuntut kalau menjadi perempuan itu harus menerima segala sesuatunya dengan berlapang dada. Bagaimana mungkin ia sampai saat ini masih terus hidup dan akan hidup dengan sistem yang manusia-manusianya selalu menyepelekan dan tidak mengidahkan apapun untuk harga diri seorang perempuan?
Rasanya terlalu marah hingga terkadang sakit untuk mengetahui bahwa belenggu itu akan terus ada dan tetap ada. Ia saksikan bagaimana cara manusia-manusia ini memperlakukan perempuan yang tidak selayaknya namun kerap kali mereka tidak merasa demikian.
Kerap kali mereka menganggap semuanya sama yang padahal perempuan memiliki luka atas dirinya sendiri yang tidak akan pernah diketahui oleh selain sebangsanya. Luka perempuan adalah luka bersama; hanya sesama perempuan saja yang bisa merasakan, tidak yang lain.
Dalam waktu yang panjang dan sunyi untuk berpsoses menjadi kaum terdidik terkadang perempuan kerap kali tidak dihargai dan tidak ditempatkan pada tempat yang seharusnya. Kerap kali perjalanan, pengorbanan dan rasa sakit itu diabaikan oleh manusia-manusia yang tidak mau berpikir.
Mereka dituntut menjadi ini dan itu dengan berbagai macam hal; namun ketika dalam perjalanan itu kerap kali manusia-manusia itu merendahkan, menyepelekan bahkan tidak menaruh hormat atas apa yang perempuan lakukan.
Sudah sejak dalam kehidupan yang lalu bahwa mereka adalah manusia-manusia yang tidak akan bisa menghormati apa yang namanya 'pengorbanan'.
Perempuan kerap kali diam ketika ketidaknyamanan yang mereka ciptakan dalam hari-hari yang panjang itu. Kerap kali perempuan tumbuh bersama dengan ketidaknyamanan di dalamnya, mentoleransi kesemen-menaan atas apa yang mereka lakukan dan menahan segala hal agar baik-baik saja.
Yang padahal dalam hari-hari itu ingin terus menyerah berkali-kali karena berat dan hebatnya perasaan yang ia pendam. Kenapa kehidupan dan manusia-manusia itu kerap kali tidak berpihak pada mereka? Kenapa mereka yang harus menoleransi perbuatan semena-mena mereka?
Kenapa harus perempuan yang diam? Kenapa harus perempuan yang kerap kali dipojokkan? kenapa kerap kali mulut mereka bisu, terkunci untuk mengatakan bahwa sebenarnya ketidaknyamana itu membuat merek ingin mati berkali-kali.
Sebab dikatakan bahwa perempuan makhluk yang kuat namun nyatanya mereka yang dipaksa untuk kuat; untuk menerima fakta bahwa masih ada manusia-manusia yang tidak akan menghargai dan toleransi atas apa yang telah kami korbankan.
Bahwa selamanya dunia akan dipenuhi dengan nafas-nafas manusia yang enggan berpikir dengan fakta yang sebenarnya.
Akan tetap mereka jumpai dalam perjalanan nantinya bahwa manusia-manusai ini akan tetap ada; ia terluka. Mengetahui fakta bahwa perihal yang ia korbankan selama ini sebagai perempuan yang mencoba untuk terpelajar dan belajar namun masyarakat dan manusia-manusia di sekitarnya tetap mengabaikan itu.
Bukan hanya ia tetapi juga untuk perempuan lainnya; telah banyak hal yang mereka korbankan untuk menjadi apa yang disebutkan 'terdidik' namun faktanya manusia-manusia yang enggan berpikir itu akan tetap memperlakukan perempuan semena-mena.
Lantas kenapa perempuan harus terdidik yang padahal seharusnya manusia-manusia inilah yang 'harus meresapi apa itu terdidik' dalam jiwa dan perbuatannya.
Komentar
Posting Komentar