Apa yang Telah Ibu Ajarkan Kepadanya

Di dalam percakapan dan diskusi yang cukup panjang setiap akhir pekan; Ibu selalu mengirim pesan text terlebih dahulu kepadanya; menanyakan kabar dan kegiatan.

Biasanya ia akan menjawab dengan pesan singkat dan langsung meneleponnya. Itu pertanda bahwa Ibu sedang ingin mengobrol dengan anak perempuannya yang terpisah pulau dan laut di ujung sana.

Percakapan dan diskusi mereka akan berlangsung begitu lama dan intens; lebih dari 120 menit mereka mampu bertukar pikir, berdebat, bercanda dan sesekali saling memuji satu sama lainnya - begitulah cara mereka melepas rindu.

Sebagai anak perempuan, yang dibesarkan oleh seorang Ibu tunggal; maka kedekatan dengan Ibu adalah naluri yang tumbuh begitu alami.

Ibu adalah manusia pertama yang ia cari ketika ia gagal dalam ujian sekolah, ujian seleksi masuk universitas, ujian melamar pekerjaan, ujian beasiswa melanjutkan master dan berbagai macam kegagalan lainnya yang sudah tidak bisa dihitung lagi; Ibu selalu ada di dalam rasa-rasa duka dan pengalaman terberatnya kala itu.

Bahkan dalam hal personal; kegagalan hubungan sosialnya dengan orang yang ia kenal, teman, kolega, kekasih dan lainnya - Ibu selalu tahu.

Sebab ia selalu menumpahkan segalanya kepada Ibu; bercerita, meminta pendapatnya atau hanya sekedar mencari validasi agar ia tetap berjalan ditengah lelahnya hidup ini.

Ia belum setangguh dan sekuat ibu; yang seluruh hidupnya dihabiskan untuk berjuang dan bertarung demi sebuah hidup; belum pernah ia temukan manusia selapang dan sekuat Ibu dalam menjalani kehidupan.

Ibu adalah seorang wanita yang memiliki kelembutan, ketulusan dan kekuatan untuk hidup. Keindahan dan hati Ibu kerap kali meluluhkan egonya yang selalu terlampaui tinggi; sebab ia masih jauh dibawah Ibu perkara tentang menjadi manusia.

Ibu selalu mengajarkan kepadanya tentang; harga diri seorang perempuan. Kerap kali di akhir-akhir penutupan percakapan Ibu selalu berpesan "sebab Ibu sudah seperti ini, maka kamu masih memiliki waktu untuk terus belajar."

Pesan itu yang ia pegang tiap kali ia goyah dan ingin sudah. Sebab ibu masih ada di sana, selalu mendengarkan dan mendorongnya untuk terus maju dan memilih jalannya.

Karena; Ibu sempat mengalah di masa lalunya - tidak sempat diberi kesempatan untuk memilih jalan mana yang ingin ibu lalui maka Ibu menemaninya untuk mencari jalan yang ia pilih.

Intuisi Ibu adalah intuisi yang selalu tepat dalam pemilihan kesempatan - kesempatan yang beberapa kali datang dalam hidupnya.

Beberapa kali ia sempat melakukan kesalahan; karena sungguh terkadang ia ceroboh dalam beberapa tindakan dan keputusan - namun Ibu tetap ada di sana, memeluk dan mendekapnya; 

Menerimanya kembali seperti sedia kala tanpa pernah melabeli dan menghardiknya. Ibu selalu mendamaikannya tentang "sempat berbuat salah adalah manusiawi" atau "memaafkan diri sendiri dan orang lain adalah bentuk dari jiwa kesatria".

Ibu selalu menerima kekalahan dan ketidak pastianya tanpa mengungkitnya; belum pernah rasanya ia memberikan hal demikian kepadanya. Sebab, ceritanya sepanjang hidup adalah hanya tentang menjadi gagal dan kalah lalu Ibu yang selalu menguatkan.

Sebab, perjalanannya adalah perjalanan yang penuh ego lalu Ibu yang meredamkan ego tersebut. Sebab, Ibu adalah orang yang kerap kali mengajarkan untuk mengucap maaf berkali-kali tanpa diminta.

Dalam bentuk perjuangan apapun; untuk saat ini dan seterusnya - rasanya ia ingin tetap memilih Ibu, memperjuangkan Ibu dan memberikan segalanya untuk Ibu - seperti apa yang pernah Ibu lakukan kepadanya;

Seberat apapun nantinya, ia ingin sekali lagi memberikan kebaikan untuk satu-satunya manusia terbaik itu yang tinggal ia miliki di dalam hidupnya ini.

Akhir-akhir ini ibu sering sakit; sedang ia berada jauh darinya. Setiap kali ia mendengar bahwa Ibu sakit, maka hatinya seperti hancur berkeping-keping. sebab Ibu adalah satu-satunya orang yang ia miliki.

Sebab Ubu adalah satu-satunya orang yang menerimanya dalam keadaan apapun. Sebab Ibu adalah benteng terakhir yang ia miliki. Sebab Ibu adalah helaan nafas terakhirnya.

Ia ingin sekali lagi diizinkan untuk mencintai Ibu dengan apa yang ia miliki. Ia ingin memberikan segala sesuatu untuk Ibu dari apa yang ia punya. ia ingin memeluk Ibu berkali-kali untuk luka-luka Ibu yang lalu. 

Ia ingin sekali lagi menghela; bahwa ketidak sempurnaan Ibu adalah bagian dari ketidak sempurnanya. Sebab dengan demikian; ia ataupun Ibu bisa menerima kembali bahwa hidup adalah tentang saling menyembuhkan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Moving to Another Place

At Least They've Survived

She Didn't Know Anything