Ia Tidak Ingin Melukainya Maka Ia Melepaskannya

Begitu ia menyadari pada pertengahan jalan bahwa langkahnya dan dia tidak lagi seirama maka ia mencoba memakai sudut pandang lain untuk menyemakan langkah itu lagi.

Namun, ternyata itu permasalahannya, sebesar apapun ia berusaha dan menyesuaikan langkah itu rasanya malah ia yang bukan menjadi dirinya sendiri.

Maka ia putuskan; tidak ingin melukainya maka ia melepaskannya. Itulah keputusan yang ia rasa saat itu adalah pilihan terbaik untuknya ataupun dia. 

Tentunya dengan segala pertimbangan dan logikanya untuk meminimalisir bagaimana keadaannya dan dia setelahnya.

Tentunya; inilah kehebatan manusia "sebaik apapun persiapan dan prediksi maka tidak akan pernah sesuai".

Ia yang terlalu arogant dan dia yang pesimistis itu terlalu sukar untuk menyamakan langkah atau menyudahi semuanya; sampai dalam prediksi silogisme ia yakin kalau semuanya akan baik-baik saja.

Sialnya, silogisme tidak membantu apapun dalam penentuan masalah ini. Seperti dihujami ribuan pertanyaan yang tidak bisa dijawab dengan rumus apapun. Itulah rumitnya hubungan dua anak manusia yang tidak akan pernah selesai.

Setelah; dalam masa-masa krusial itu adalah perihal yang ketika Elon Musk mengumumkan bahwa tiket ke Mars sudah dapat dipesan maka ia akan langsung memesannya dan berlepas dari gravitasi bumi ini.

Sayangnya ia tidak mendapatkan tiket itu sehingga segalanya yang terjadi tanggung jawabnya; tentang pertama betulkah, sesalkah, sudahkah atau semuanya akan baik-baik sajakan?

Begitulah hari-hari berat itu berjalan pada bumi yang terus berotasi dan siang berganti dengan malam seperti awal mulanya saja.

Benar kata Pram; pengetahuanmu tentang manusia tidak akan ada habisnya atau Hemingway juga pernah bilang; manusia bisa dihancurkan tetapi tidak bisa dikalahkan. 

Ia tidak mengetahui tentang ilmu manusia yang sudah hancur tetapi tetap menemukan langkah untuk melangkah terus sampai pada waktu ini.

Sungguh sebuah peribaratan yang membuatnya kagum pada makhluk yang bernama manusia ini, sungguh.